√ Pemanggilan Kimi Hime Oleh Kominfo Yaitu Langkah Awal Untuk Mengenalkan Model Ekonomi Digital Bersyariah
Pemanggilan Kimi Hime oleh Kominfo begitu penting sebagai langkah awal memperkenalkan model ekonomi digital bersyariah di Indonesia.
Jepang merupakan negara pertama yang sudah menggariskan visi Society 5.0. Visi tadi membayangkan bagaimana kehidupan rakyat akan lebih makmur berkat dukungan konektivitas data serta AI (artificial intelligence) alias kecerdasan buatan.
Setali tiga uang, Presiden Jokowi beberapa waktu kemudian pula memberikan antusiasmenya soal masa depan industri digital pada pertemuan G20 di Osaka, Jepang.
Jokowi menggagas IDEA HUB (Inclusive Digital Economy Accelerator Hub), lembaga berkumpulnya startup unicorn dari para akseptor G20 untuk saling mengurasi wangsit dan pengalaman bisnis ekonomi digital. Inklusif yg berarti “terbuka untuk semuanya” yaitu bentuk optimisme Jokowi bila startup Indonesia pun bisa bersaing serta ikut terlibat di kancah global.
Agar gagasan Presiden Jokowi bisa terlaksana, lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia mulai berbenah, termasuk Kominfo. Dan menyerupai yg kalian tahu, kiprah pertama Kominfo ternyata justru memanggil Kimi Hime terkait konten-kontennya di YouTube.
Panggilan terhadap Kimi Hime dilakukan sesudah pihak Kominfo mendapatkan aduan dari Komisi I dewan perwakilan rakyat RI. Aduan tersebut didasari dari laporan Asosiasi Pengawas Penyiaran Indonesia (APPI) kepada Komisi I dewan perwakilan rakyat RI.
Alasan APPI adalah, konten YouTube Kimi Hime dianggap mendekati pornografi. Hal tadi cukup meresahkan lantaran, “para subscribers (orang yg berlangganan) konten Kimi Hime di Youtube kebanyakan merupakan anak-anak.”
Ada dua alasan yg membuat saya setuju dengan gebrakan pertama Kominfo yg sangat cemerlang ini.
Pertama, admin menolak Kimi Hime karena dia memang payah dalam bermain PUBG Mobile. Tidak menyerupai dengan Benny Moza atau BTR Ryzen, Kimi Hime saya nilai kurang cekatan ketika mem-push regu lawan. Kemampuan kontrol recoil-nya pun seringkali awut-awutan pada alhasil dia kurang piawai pada melaksanakan spray-down musuh dari jarak yg cukup jauh.
Alasan ke 2 admin yaitu ihwal subscribers. Saya pernah dengar gosip bila Kimi Hime rutin mendatangi suatu wilayah dan memaksa anak-anak di sana buat men-subscribe konten YouTube-nya. Ada pula yang bilang bila 2 juta lebih subscribers-nya yaitu akhir paksaan Kimi Hime selesainya berbulan-bulan lebih keliling door-to-door di Pulau Jawa. Hii, takoooot! (Kata Orang)
Saya awalnya tak terlalu percaya gosip murahan tadi. Setahu saya subscribing yaitu kegiatan yang bisa dilakukan sebebas mungkin dan tanpa paksaan. Tetapi pada ketika admin membaca informasi bahwa Kimi Hime dipanggil Kominfo, mungkin saja gosip itu betul.
Lagian, daripada Kominfo meminta pertanggungjawaban sekolah serta orang bau tanah yang membiarkan anak-anaknya berlangganan konten Kimi Hime, kan lebih simpel jikalau eksklusif memanggil Kimi Hime yg dicurigai memaksa warganet-warganet di anak-anak tersebut. Kalau ternyata tak menyerupai itu kan ya tinggal minta maaf aja.
Masyarakat Asia, wabil khusus Indonesia seringkali menyelipkan adab ketimuran mereka di dalam setiap kebijakan. Ambil referensi politik luar negeri Indonesia yg “bebas aktif”. Di mana Indonesia “bebas” berkawan bersama negara mana pun, tetapi pula “aktif” membangun perdamaian dunia.
Atau visi Lee Kuan Yew soal Singapura yang makmur itu. Hadir melalui konsepsi “kapitalisme beserta nilai-nilai Asia”. Sederhananya, cara satu-satunya bagi rakyat biar negara makmur merupakan dengan bersikap loyal terhadap negara itu sendiri. Dalam istilahnya, kapitalisme otoritarian.
Mungkin referensi gagasan-gagasan diatas terdengar aneh. Bagaimana cara Indonesia sanggup berlaku “bebas” serta bergaul bersama semua negara, ketika dia juga harus berlaku “aktif” ketika melerai konflik yang melibatkan ke 2 temannya tadi?
Atau bagaimana kapitalisme yang identik bersama liberalisme pasar sanggup juga bersifat adikara pada ketika menyangkut keberlangsungan negaranya? Saya awam buat menjawab pertanyaan tersebut, tetapi tampaknya gagasan tadi bisa dilakukan.
Maka pada ketika Presiden Jokowi membicarakan ekonomi digital yang inklusif—di mana setiap orang dari aneka macam macam latar belakang sanggup tiba ke Indonesia—buat bersaing serta meraih kesuksesan ekonomi berkat konektivitas data dan internet, hal yg saya tangkap yaitu model ekonomi digital yg inklusif bersyariah.
Karena telah jelas, Kimi Hime yang menggunakan pakaian seksi dihentikan masuk di pada model ekonomi digital semacam ini.
Pemanggilan Kimi Hime berdasarkan saya sangat penting sebagai langkah awal Kominfo buat memperkenalkan model ekonomi digital ini. Maksud admin, bila masyarakat tak tahu menyerupai dengan apa model ekonomi digital inklusif bersyariah tersebut, bagaimana Kominfo bisa fokus membuat infrastruktur yang mendukung konektivitas data di setiap wilayah biar sistem IoT (Internet of Things) bisa berfungsi di Indonesia?
FYI, IoT merupakan sistem di mana benda-benda mati di lebih kurang kita diberi koneksi internet dan acara machine learning untuk mengirim data dan menerima data, kemudian mengolahnya menjadi informasi gres yg bisa digunakan benda-benda mati lain.
Di pada visi Society 5.0, IoT memungkinkan kita buat berkehidupan lebih efektif dan simpel karena hal remeh-temeh sudah dipikirkan oleh mesin.
Kulkas yg diberi teknologi IoT misalnya, menggunakan algoritma buat menghitung pola dan probabilitas sayuran atau bahan-bahan masakan lain yg dimasukkan ke kulkas oleh pemiliknya.
Setelah mengolah informasi tadi, ketika satu materi makanan menyerupai dengan tomat habis dan pemiliknya lupa buat membeli, kulkas itu secara otomatis akan memesan tomat serta pemiliknya bisa tetap fokus bekerja atau beraktivitas.
Saya membayangkan IoT digunakan di dalam model ekonomi digital inklusif bersyariah. CCTV di jalanan atau di tempat-lokasi umum nanti tak hanya digunakan buat menemukan penjahat, akan tetapi pula melacak perempuan yang memamerkan auratnya.
Lalu benda-benda mati itu akan mengirim informasi bila perempuan tersebut mengancam karena “mendekati pornografi” ke ponsel berilmu perempuan tersebut. Selanjutnya ponsel si perempuan (tanpa sepengetahuan perempuan itu) mengirimkan data-data pribadinya, termasuk rekening uang digitalnya ke CCTV tersebut.
Data-data itu kemudian digunakan CCTV tadi untuk membeli kerudung di online shop, tentu dibayar bersama uang digital si perempuan itu. Tidak membutuhkan waktu lama, pengendara ojek online tiba serta menyerahkan kerudung tadi ke perempuan itu kemudian pergi.
Hasilnya tentu saja sangat positif. Laki-laki yang berada di sekitarnya terhindar dari zina mata, risiko perempuan tersebut diperkosa karena berpakaian seronok bisa ditekan, serta perjuangan kerudung online yg otomatis ini bisa bikin sejahtera ekonomi umat. Subhanallah.
Berkat IoT, warga Indonesia tidak perlu repot dan pusing lagi buat “sekadar mengingatkan” wanita-perempuan yg berpakaian seronok, karena nanti sudah ada mesin yg akan mengingatkan itu semua serta kita sanggup fokus akan kehidupan kita yang fana ini.
Baca Juga
- Kimi Hime Adalah Masalah bagi Ekonomi Digital Bersyariah di
- Alasan Kimi Hime dipanggil oleh KOMINFO Adalah Masalah
- span classFCUp0c rQMQodImagesspanspan
- Kimi Hime Dipanggil Kominfo untuk Menjelaskan Konten
- Mojok
- Fakta-Fakta YouTuber Kimi Hime yang Dipanggil Kominfo
- Kominfo Minta Google Hapus Tiga Video Kimi Hime di YouTube
- Dari Website ke Website
- Kimi Hime
- hime adalah
- span classko6Hn r0bn4c rQMQodrepeat the search with the omitted results includedspanspan
0 Response to "√ Pemanggilan Kimi Hime Oleh Kominfo Yaitu Langkah Awal Untuk Mengenalkan Model Ekonomi Digital Bersyariah"
Post a Comment